Jumat, 27 Juli 2018

TRIK SOLOTRAVEL MENDUNIA


Saya hampir pasti gila dan mati cepat, jika tak lagi bisa jalan-jalan. Kecanduan traveling memang penyakit, tapi sepanjang keadaan itu bukanlah sesuatu yang negatif dan merusak badan “why not?”

Menjadi pecandu traveling, sudah pasti harus sangat mapan dalam hal ekonomi. Pilihannya hanya dua yaitu tahan menabung tapi tidak sesegera mungkin berangkat, atau memutar otak untuk dapat perjalanan semurah mungkin dan sesegera mungkin berangkat.

Di luar itu adalah anda anak orang kaya yang tinggal minta mau pergi kemana, kemudian segala sesuatu jatuh dari langit dengan mudah. Tapi, tetap saya lebih beruntung dari anda karena saya memiliki rasa dan bekas dari semua perjalanan yang saya tempuh. Tidak hanya pengen, minta dan lalu dapat.

Bagaimana dengan keuangan? Jujur dan beruntungnya saya belum berniat jual diri dan melakukan “usaha” eksploitasi badan sendiri yang tinggal kedip mata lalu dapat uang (iya kalau laku?? Haha).

Saya bekerja dan bahagianya adalah, traveling tetap yang paling utama, pekerjaan saya hanyalah pendukung agar supaya traveling saya tetap jalan! Bahagia kan?

Dikarenakan saya bukan pejabat dengan uang yang terkumpul banyak, menunggu terlalu lama agar tabungan melimpah pun akhirnya tak bakal jadi berangkat, saya memilih opsi memutar otak untuk dapat travel murah. Apakah susah? Mari dimari kita bahas!

TIKET ATAU JADWAL TERLEBIH DAHULU?

Saya type pekerja dengan jadwal yang tidak pernah bisa diterka dan ditertibkan, tanggal di kalender itu suka lari-lari dan tak pernah bisa dipegang kepastiannya. Saya juga bukan type pemburu tiket murah yang kemudian saya harus beli dengan tanpa kepastian berangkat, menjadikan hoby baru sobek tiket pesawat hanya karena selalu tak jadi berangkat di hari H, I am absolutely not!

Mengatasinya, sering-sering buka skyscanner atau traveloka. Kenapa dua aplikasi tersebut? Skyscanner lebih jujur dan bikin hati senang soal harga, aplikasi ini merangkul semua layanan pembelian tiket dari termurah sampai termahal sedangkan Traveloka banyak sekali menawarkan promo dan point.

Saat senggang, daripada cari-cari berita politik yang bikin baperan itu, mending buka-buka aplikasi pencarian tiket. Kumpulin sebanyak-banyaknya rute yang reasonable dengan jadwal dan dan murah di sisi budget, bikin booklist sendiri beberapa destinasi, lalu catat! Tidak selalu berangkat tidak apa-apa, jangan terburu membeli tiket. Bayangkan saja tiket sudah di tangan setelah seluruh “kemungkinan” ada dalam catatan anda.

Terkadang pencarian harus dari departure KLA menuju negara tujuan, baru dapat tiket murah. Tapi kadang kalau beli langsung misalnya Juanda Surabaya-Jaipur India jatuhnya lebih murah daripada beli terpisah. Traveloka memiliki layanan Flight+Hotel yang juga  sangat membantu untuk dapat paket murah. Saya pernah dapat Surabaya-Hanoi PP + Hotel 4 malam dapat harga 2,5 juta.

So, mau tiket dulu atau jadwal dulu tergantung pada individu masing-masing. Bagi yang sibuk kerja, resiko harga tiket lebih mahal adalah keniscayaan, karena pastinya beli tiketnya sering mendadak. Sekalipun, saya pernah dapat Bali-Narita PP harga 3,3 juta juga mendadak beli beberapa hari sebelum berangkat.

Semua harus sudah anda booklist dalam catatan anda, setiap negara anda hitung budgetnya, searching penginapan murah, transportasi dan biaya makan. Jangan langsung dieksekusi, dicatat saja. Saat ada jadwal kosong, langsung eksekusi! Dengan resiko pastinya ada pembengkakan dikit dari biaya-biaya yang sudah disusun.

Percaya saya, duduk di café sambil mendengarkan musik Jazz Coffee dan menyusun itinerary itu adalah kebahagiaan surga yang serpihannya jatuh sebagian dalam diri anda! 😂

BEKAL MATA UANG

Saya lebih suka menabung Dollar USA! Pergi kemanapun lebih suka membawa Dollar USA. Jika membawa mata uang negara tujuan, dapatkah dipastikan biaya pastinya? Kalau sisa?

Saya pernah menukar Dollar USA ke Dong Vietnam banyak sekali dalam hitungan jutaan rupiah, ternyata biaya hidup di Vietnam sangat murah dan sisa Dong saya banyak sekali. Apesnya tidak ada Money Changer yang mau menerima Dong saya untuk ditukar kembali ke Dollar USA, sekalipun saat itu saya masih di Vietnam loh!

Saya lebih suka bawa dollar USA, dan di negara tujuan saya tukar ke mata uang negara tujuan, secukupnya sedikit demi sedikit sembari mengontrol pengeluaran saya per hari nya.

ITINERARY

Saya bukan type yang suka bikin itinerary secara detail. Satu sisi saya ini jiwa yang bebas! Hahaha, disisi lain saya merasa justru tantangan saya adalah mengeksekusi hal-hal baru itu seketika.

Hal ini tergantung masing-masing orang, lebih suka hidup teratur atau bebas. Saya membuat itinerary hanya jika harus membuat Visa dan itinerary adalah keharusan, juga untuk menjaga-jaga bila di imigrasi dipersoalkan.
Faktanya, nantinya itinerary itu amburadul karena saya lebih suka menjelajah bebas, tiada guna.

Tapi penting dong bikin itinerary? Itinerary jangan dijadikan patokan wajib, namun jadikanlah motivasi dan strategi.

Misalnya, Korea memiliki banyak tempat wisata yang gratis dan berbayar, bagi destinasi-destinasi tersebut ke dalam beberapa hari berbeda.

Gyongbokgung, Buchon Village,  Dongdaemun Design, Gwanghwamun Square, Cheongyecheon adalah tempat wisata di dalam kota dan hampir semuanya adalah gratis, jadikan satu hari dan harus terpenuhi!

Sementara, Nami Island dan Petite France berbayar dan ada di luar kota, jadikan keesokan harinya. Apakah bisa berubah jadwal? Perubahan jadwal tetap mungkin, namun tak bisa mengkombinasi Nami Island dengan Dongdaemun misalnya, karena bakal hancur jadwal kita. Kita tetap bisa mengotak atik destinasi namun dengan itinerary, improvisasi kita akan lebih terkontrol.

Ingat, di Korea kita dalam rangka “jalan-jalan”, bukan dalam rangka kerja yang segala sesuatunya terjadwal.

Di Jepang, misal kita memiliki 8 hari dalam Itinerary dengan landing Narita dan balik pulang dari Kanzai Airport. Gunakan jadwal 3 hari pertama dengan Tokyo Wide Pass seharga 10.000 Yen menjelajah Kawaguchiko, Gala Yuzawa dan Tokyo City, sudah dapat free kereta NEX dari Narita ke Tokyo.

Malam terakhir naik bus ke Osaka dengan harga 4000 Yen sleeper bus, bisa hemat tanpa harus beli JR Pass yang mahal ampun itu.

Hari ke 4 dan 5 beli Osaka Amazing Pass keliling kota Osaka gratis tanpa bayar lagi tiket tempat wisata hanya dengan 3.300 Yen.

Hari ke 6, 7 dan 8 keliling Kyoto dengan Kanzai Thru Pass seharga 5.300 Yen sudah bisa keliling Kyoto tiga hari dengan free tiket wisata, juga free Kereta Airport menuju Kanzai Airport.

Dengan itinerary ini anda hanya akan mengeluarkan uang sekitar 22.000 Yen (sekitar 2,6 juta) dan urusan transportasi + tiket wisata selama di Jepang beres! Anda telah menghemat banyak, dan memantik anggapan bahwa Jepang adalah destinasi mahal! Itinerary menjadi strategi namun bukan patokan pasti.

BARANG BAWAAN

Rumus terpastinya adalah, anda type traveler yang bagaimana? Suka yang simple atau glamor?

Saya adalah type simple menuju ke tahap gelandangan. Saya hanya membawa satu tas backpack 35 L dan satu tas lipat, hidup saya selama 14 hari ada dalam ruang seterbatas itu. Bagaimana mensiasatinya?

Saya selalu membawa celana dalam “sekali pakai dan buang”, banyak dibeli di Indomart/Alfamart. Sepatu dua biji satu tebal dan satu tipis untuk Korea dan Jepang, hanya sandal jepit jika ke Vietnam atau Thailand. Saya memilih hostel yang ada fasilitas “cuci sendiri”, sehingga baju saya sedikit dan selalu dicuci di hostel. Saya membeli HP yang mahal dengan kualitas foto yang bagus, ketimbang saya harus beli dan bawa-bawa kamera yang berat. Saya bukan type baik hati yang suka beli oleh-oleh untuk siapapun saat traveling ke luar negeri!

Jadi, saya tidak pernah berfikir dua kali dengan tiket pesawat low cost dengan bagasi hanya 7 kg, di satu sisi saya memang tak membawa barang bawaan disisi lain saya mudah mendapat tiket murah.

Di Korea, saya menginap di Jimjilbang tiap malam,  mandi air hangat dan tidur hanya dengan bayar 13.000 Won, sangat murah dibanding harga hotel paling murah yang tak pernah ada di bawah harga 35.000 Won.
Backpack saya selalu menginap di self storage dengan harga yang murah dan kemana-mana saya hanya membawa tas lipat berisi dompet, HP dan 3pod. Korea, Bangkok dan Jepang banyak sekali Self Storage tersebar di setiap stasiun. Terakhir di Jepang harga box paling kecil adalah 300 Yen (38 ribu)/24 jam, sangat murah untuk investasi punggung dan menyimpan tas backpack saya.

Dengan begini urusan barang bawaan tak pernah menjadi masalah.

PENGINAPAN

Saya harus berterimakasih pada setiap aplikasi pemesanan hotel yang “bayar di tempat”. Saat mengusulkan Visa, saya tidak pernah bisa bilang kalau nanti di Korea saya menginap di Jimjilbang bukan? Jadi saya harus membooking “hotel bodong”, yang nantinya belum tentu saya eksekusi hotelnya.

Jadi, saya membooking beberapa hotel “per hari” untuk 14 hari, toh belum tentu nanti benar-benar kita tempati dan kita bayar kan?

At least, jika nantinya kita tidak dapat tempat, apes-apesnya kita tetap bisa eksekusi hotel tersebut. Dan urusan pengajuan visa yang mensyaratkan bookingan hotel tidak jadi kendala.

Booking hotel yang dekat dengan MRT/MTR/BTS, mempermudah akses kita. Atau, jika bener-bener ingin gratis dan membangun pertemanan, anda bisa menggunakan aplikasi Couchsurfing untuk dapat tumpangan menginap gratis di negeri orang, dengan kenyataan anda harus menjaga adab di rumah orang.

Solotravel, memang selalu jadi momok menakutkan. Sebelum anda memulainya sudah pasti anda takut menjalaninya, sekali saja anda memulainya hidup tak akan tenang karena racun candunya!

Orang bijak bilang, tak perlu kaya untuk bertamasya dan tidak harus menjadi miskin karena kebanyakan bertamasya pula.

Jangan menunggu memulai travel karena tabungan belum cukup, saya bilang “jangan” karena sudah pasti anda tidak akan kunjung memulai berangkat. Kenalilah Solo Traveling dan bersahabatlah, anda pasti berangkat!

Tak harus kaya dan tak harus menjadi miskin mendadak! Segalanya tergantung dari bagaimana anda memutar otak, dan menakhlukannya!

Salam Solo Traveler!