Frankky Marpaung
INSTAGRAM : Frankky Marpaung
Selasa, 30 Juli 2019
THE CEO WHO FAILED TO UNDERSTAND THE MILLENNIALS
Saat itu ada seorang millennial yang sedang asyik mengetik di SmartPhone.
Sang CEO pun murka,”Heyyyy! Siapa kamu? CEO sedang speech kok kamu malah ngetik di SmartPhone!!! Tidak sopan!!!”
Sang millennial menjawab,”Saya pikir yang Bapak sampaikan itu keren banget pak. Langsung saya sampaikan di Twitter saya. Langsung ada ratusan yang follow. Dan banyak yang bilang ke saya di sana. Katanya CEO saya keren dan inspiring banget pak. Saya pikir hal-hal begini harus saya sampaikan ke banyak orang Pak. Do you want me to stop?”
(Dia mengatakan itu sambil menunjukkan smartphone ya yang layarnya memang menunjukan Twitternya).
CEO itu pun merasa tertampar, karena telah berprasangka buruk kepada anak millennial itu. Dan suasana itu menggambarkan banyak situasi yang terjadi saat ini. Di mana banyak sekali generasi “tua” gagal memahami perilaku generasi millennial dan menilai mereka sebagai tidak sopan. Padahal sebenarnya memang communication dan personality style yang berbeda.
Situasi di mana mereka dicap sebagai bosenan padahal memang mereke perlu tantangan yang berbeda setiap saat ).
Hal ini sama persis seperti anak lulusan universitas ternama yang baru saja di bully oleh masyarakat karena menolak tawaran gaji 8 juta. Bahkan di sebuah social media ada yang komentar,”Jaman sekarang lu yang butuh perusahaan, bukan perusahaan yang butuh lu!” Well, not necessarily. Saya pernah mengenal seorang yang baru lulus S-1 dan mendapatkan empat tawaran kerja (di empat perusahaan yang berbeda), yang gajinya belasan juta rupiah per bulan.
Ada posisi seperti itu (biasanya Management Trainee di perusahaan besar), dan ada millennial seperti itu (yang punya empat tawaran kerja yang bagus itu).
Jadi sebelum kita menghakimi, mem-blaim dan mengkritik di social media, ada baiknya kita mengenal karakter mereka terlebih dahulu, jangan seperti CEO di atas (yang mempermalukan dirinya sendiri).
They are different. Mereka berbeda, dan jangan pernah membandingkan mereka dengan generasi sebelumnya.
Jangan pernah membandingkan mereka dengan generasi jadul yang mau melakukan pekerjaan yang sama bertahun-tahun.
Jangan menyamakan mereka dengan orang-orang tekun yang mau dibayar murah untuk mengerjakan pekerjaan yang membosankan.
Mereka kreatif, mereka cerdas , dan mereka merasa mereka berhak mendapatkan penghargaan yang lebih keras karena mereka bekerja keras dengan cerdas.
Di masa depan, customer anda adalah generasi millennial. Berarti anda harus mengenal mereka agar anda mengerti bagaimana product-product anda mampu menarik perhatian mereka.
Di masa depan (sebentar lagi), talent-talent anda dan leader-leader anda adalah generasi millenial. Kalau anda gagal mengerti mereka, mereka tidak akan mau join perusahaan anda.
Ingat, mereka punya pilihan, dan kalau anda tidak mampu memahami mereka,
mereka akan lebih memilih untuk join perusahaan lain, (anda mungkin hanya akan
mendapatkan yang kelas 2 atau kelas 3 secara quality), dan kalau yang terbaik akan join perusahaan saingan anda, anda malah repot nantinya.
Dan inilah mengapa semua leader, bukan hanya CEO, tapi semua team leader harus benar benar mampu mengerti dan menginspirasi Millennial.
“Tetapi millennial itu kutu loncat pak, mereka pindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain setiap tahun!”, keluh seorang peserta di seminar saya.
Keluhan itu justru menunjukkan bahwa anda tidak mengenal mereka. Karena kalau anda mampu mengenal mereka dan menginspirasi mereka, mereka akan menjadi karyawan yang paling loyal, berprestasi maximal dan berpotensi menjadi leader. Mereka loncat karena anda yang tidak mampu menginspirasi mereka.
Pertanyaannya ,”Apakah anda mampu menginspirasi mereka?” Dan menginspirasi mereka dimulai dengan mengenal mereka?
Anak saya yang kedua bernama Nadia. Hobbynya naik kuda di Sentul. Kudanya besar banget, hitam legam dan sangat kuat. Saya tahu kuda itu bisa berlari cepat sekali.
Tetapi saya tahu bahwa kuda itu juga bisa melemparkan tubuh mungil Nadia dan Nadia akan jatuh kesakitan. Tetapi somehow, Nadia mampu mengendalikan kuda itu.
Saya bertanya ke Nadia,”How do you do it?”
Nadia bilang,”Trainer saya mengajari saya bahwa saya harus breath and behave like the horse”
Nadia harus bernafas dan berperilaku seperti kuda! Maksudnya apa? Kalau Nadia ketemu kuda itu, Nadia harus mengerti apakah kudanya sedang marah, sedang happy, sedang sedih atau apa.
Kalau kudanya masih marah Nadia akan berdiri di sampingnya, dan berbicara dengan kuda, dan menunggu saat yang tepat untuk naik kuda itu Kalau kudanya sedih, Nadia akan menghiburnya. Kalau kudanya lagi happy, Nadia akan mengajaknya bermain.
Saya bertanya,”But how do you understand their feeling?” Nadia menjawab,”Because I spend a lot of time with them, now I understand them.” Voila!
Pertanyaan saya ke anda...
- Apakah anda mengenal talent-talent millenial anda?
- Seberapa banyak anda menghabiskan waktu bersama mereka?
Banyak sekali leader yang bilang ke saya,”People is our No.1 asset. People development is my priority”
Terus saya bertanya,”Tunjukkan ke saya jadwal meeting anda. Tunjukkan ke saya berapa jam seminggu yang anda habiskan untuk mengelola Asset No.1 anda? Tunjukkan berapa jam anda habiskan untuk mengerjakan priority anda?”
Dan mereka tersenyum malu.
Saya sangat mengerti bahwa kita harus mengembangkan generasi millennial. Karena potensi mereka yang hebat (smart, fast and digitally connected). Tetapi juga kita harus mengenali karakter mereka yang harus kita kembangkan (communication style, kesabaran, dan teamworking).
Tetapi bagaimana anda akan mengembangkan mereka kalau anda tidak mengenal mereka?
Lakukan beberapa hal di bawah ini ...
a) SPEND TIME WITH THEM
Habiskan waktu bersama
mereka. Ikuti gaya dan style mereka. Hang-out dan ngopi bersama mereka.
Ikut pergi ke tempat yang mereka suka.
Coba baca dan cari informasi yang menarik bagi mereka. Ini akan berguna untuk membuka dan mencairkan pembicaraan,
You did it for your customer,
why you would not do it for your talents?
b) LISTEN TO THEM
Pada saat anda bertemu dengan mereka, wajar sekali bila mereka ingin mendengarkan pengalaman anda, dan anda juga ingin sharing pengalaman anda, wajar, anda kan lebih senior. But this is not the objective. The objective is so you can listen and understand them. Maka cobalah untuk menanyakan beberapa pertanyaan seperti;
“Hobby anda apa?”
“Apa mimpi atau cita-cita yang ingin anda capai dalan hidup”
“Sebenarnya anda paling suka pekerjaan dengan nature seperti apa?”
Mulailah dengan pertanyaan seperti itu dan lanjutkan dengan pertanyaan lain.
Fokuslah pada beberapa sharing anda tapi kemhdian anda harus lebih banyak mendengarkan mereka.
c) UNDERSTAND THEM
Next step, catatlah dan tariklah benang merah dari apa yang anda dengarkan.
Dan buatlah analisa dan kesimpulan:
- apakah sebenarnya yang penting bagi mereka
- apakah yang menjadi mimpi dan cita-cita mereka
- suasana kerja seperti apa yang mereka inginkan
- apa yang mereka ingin banggakan kepada teman-teman mereka?
d) HELP THEM
Setelah anda mengerti cita-cita dan impian mereka, bantulah mereka untuk mewujudkannya.
- Pinjemin buku anda
- Kirimkan mereka ke training-training yang akan membuat mereka berkembang
- Coaching mereka
- Kenalkan pada teman-teman anda: Bantu mereka mengembangkan network mereka
- Berikan mereka project dan assignmeng yang membuat mereka berkembang, dan bukan hanya pekerjaan rutin yang memang harus dikerjakan setiap hari
e) WORK WITH THEM
Bekerjalah bersama mereka. Artinya kalau lagi bekerja dengan mereka anggaplah mereka sebagai kolega yang selevel, dan mintalah pendapat mereka juga. Jangan sampai
mereka hanya disuruh-suruh.
Ingat, they are smart, fast and digitally connected. Berarti mereka punya banyak ide-ide baru, berdasarkan pengetahuan yang mereka dapatkan dari digital world. Get their ideas, use and experiment their ideas.
f) LEARN FROM THEM
Kita kan juga perlu untuk meningkatkan dan mengupdate kemampuan kita kan? Padahal mungkin saja millenial itu lebih mengerti dan lebih update tentang:
- Fintech
- Digital marketing
- Data analytic
- Artificial Intelligences
- Cognitive flexibility
- Gamification
- ...etc
Ada baiknya kita bisa belajar dari mereka. Konsepnya berubah dari
mentoring menjadi reverse-mentoring (yang tua belajar dari yang muda), atau bahkan lebih baik lagi mutual-mentoring (saling belakar antara generasi yang lebih senior dengan generasi millennial).
Jadi ingat ya, untuk menarik generasi millennial, mengembangkan mereka dan membuat mereka loyal di perusahaan anda, lakukan beberapa hal ini:
* Spend time with them
* Listen to them
* Understand them
* Help them
* Work with them
* Learn from them
Because in the end of the day, you need go understand them before you can INSPIRE them.
Jumat, 27 Juli 2018
TRIK SOLOTRAVEL MENDUNIA
Saya hampir pasti gila dan mati cepat, jika tak lagi bisa jalan-jalan. Kecanduan traveling memang penyakit, tapi sepanjang keadaan itu bukanlah sesuatu yang negatif dan merusak badan “why not?”
Menjadi pecandu traveling, sudah pasti harus sangat mapan dalam hal ekonomi. Pilihannya hanya dua yaitu tahan menabung tapi tidak sesegera mungkin berangkat, atau memutar otak untuk dapat perjalanan semurah mungkin dan sesegera mungkin berangkat.
Di luar itu adalah anda anak orang kaya yang tinggal minta mau pergi kemana, kemudian segala sesuatu jatuh dari langit dengan mudah. Tapi, tetap saya lebih beruntung dari anda karena saya memiliki rasa dan bekas dari semua perjalanan yang saya tempuh. Tidak hanya pengen, minta dan lalu dapat.
Bagaimana dengan keuangan? Jujur dan beruntungnya saya belum berniat jual diri dan melakukan “usaha” eksploitasi badan sendiri yang tinggal kedip mata lalu dapat uang (iya kalau laku?? Haha).
Saya bekerja dan bahagianya adalah, traveling tetap yang paling utama, pekerjaan saya hanyalah pendukung agar supaya traveling saya tetap jalan! Bahagia kan?
Dikarenakan saya bukan pejabat dengan uang yang terkumpul banyak, menunggu terlalu lama agar tabungan melimpah pun akhirnya tak bakal jadi berangkat, saya memilih opsi memutar otak untuk dapat travel murah. Apakah susah? Mari dimari kita bahas!
TIKET ATAU JADWAL TERLEBIH DAHULU?
Saya type pekerja dengan jadwal yang tidak pernah bisa diterka dan ditertibkan, tanggal di kalender itu suka lari-lari dan tak pernah bisa dipegang kepastiannya. Saya juga bukan type pemburu tiket murah yang kemudian saya harus beli dengan tanpa kepastian berangkat, menjadikan hoby baru sobek tiket pesawat hanya karena selalu tak jadi berangkat di hari H, I am absolutely not!
Mengatasinya, sering-sering buka skyscanner atau traveloka. Kenapa dua aplikasi tersebut? Skyscanner lebih jujur dan bikin hati senang soal harga, aplikasi ini merangkul semua layanan pembelian tiket dari termurah sampai termahal sedangkan Traveloka banyak sekali menawarkan promo dan point.
Saat senggang, daripada cari-cari berita politik yang bikin baperan itu, mending buka-buka aplikasi pencarian tiket. Kumpulin sebanyak-banyaknya rute yang reasonable dengan jadwal dan dan murah di sisi budget, bikin booklist sendiri beberapa destinasi, lalu catat! Tidak selalu berangkat tidak apa-apa, jangan terburu membeli tiket. Bayangkan saja tiket sudah di tangan setelah seluruh “kemungkinan” ada dalam catatan anda.
Terkadang pencarian harus dari departure KLA menuju negara tujuan, baru dapat tiket murah. Tapi kadang kalau beli langsung misalnya Juanda Surabaya-Jaipur India jatuhnya lebih murah daripada beli terpisah. Traveloka memiliki layanan Flight+Hotel yang juga sangat membantu untuk dapat paket murah. Saya pernah dapat Surabaya-Hanoi PP + Hotel 4 malam dapat harga 2,5 juta.
So, mau tiket dulu atau jadwal dulu tergantung pada individu masing-masing. Bagi yang sibuk kerja, resiko harga tiket lebih mahal adalah keniscayaan, karena pastinya beli tiketnya sering mendadak. Sekalipun, saya pernah dapat Bali-Narita PP harga 3,3 juta juga mendadak beli beberapa hari sebelum berangkat.
Semua harus sudah anda booklist dalam catatan anda, setiap negara anda hitung budgetnya, searching penginapan murah, transportasi dan biaya makan. Jangan langsung dieksekusi, dicatat saja. Saat ada jadwal kosong, langsung eksekusi! Dengan resiko pastinya ada pembengkakan dikit dari biaya-biaya yang sudah disusun.
Percaya saya, duduk di café sambil mendengarkan musik Jazz Coffee dan menyusun itinerary itu adalah kebahagiaan surga yang serpihannya jatuh sebagian dalam diri anda! 😂
BEKAL MATA UANG
Saya lebih suka menabung Dollar USA! Pergi kemanapun lebih suka membawa Dollar USA. Jika membawa mata uang negara tujuan, dapatkah dipastikan biaya pastinya? Kalau sisa?
Saya pernah menukar Dollar USA ke Dong Vietnam banyak sekali dalam hitungan jutaan rupiah, ternyata biaya hidup di Vietnam sangat murah dan sisa Dong saya banyak sekali. Apesnya tidak ada Money Changer yang mau menerima Dong saya untuk ditukar kembali ke Dollar USA, sekalipun saat itu saya masih di Vietnam loh!
Saya lebih suka bawa dollar USA, dan di negara tujuan saya tukar ke mata uang negara tujuan, secukupnya sedikit demi sedikit sembari mengontrol pengeluaran saya per hari nya.
ITINERARY
Saya bukan type yang suka bikin itinerary secara detail. Satu sisi saya ini jiwa yang bebas! Hahaha, disisi lain saya merasa justru tantangan saya adalah mengeksekusi hal-hal baru itu seketika.
Hal ini tergantung masing-masing orang, lebih suka hidup teratur atau bebas. Saya membuat itinerary hanya jika harus membuat Visa dan itinerary adalah keharusan, juga untuk menjaga-jaga bila di imigrasi dipersoalkan.
Faktanya, nantinya itinerary itu amburadul karena saya lebih suka menjelajah bebas, tiada guna.
Tapi penting dong bikin itinerary? Itinerary jangan dijadikan patokan wajib, namun jadikanlah motivasi dan strategi.
Misalnya, Korea memiliki banyak tempat wisata yang gratis dan berbayar, bagi destinasi-destinasi tersebut ke dalam beberapa hari berbeda.
Gyongbokgung, Buchon Village, Dongdaemun Design, Gwanghwamun Square, Cheongyecheon adalah tempat wisata di dalam kota dan hampir semuanya adalah gratis, jadikan satu hari dan harus terpenuhi!
Sementara, Nami Island dan Petite France berbayar dan ada di luar kota, jadikan keesokan harinya. Apakah bisa berubah jadwal? Perubahan jadwal tetap mungkin, namun tak bisa mengkombinasi Nami Island dengan Dongdaemun misalnya, karena bakal hancur jadwal kita. Kita tetap bisa mengotak atik destinasi namun dengan itinerary, improvisasi kita akan lebih terkontrol.
Ingat, di Korea kita dalam rangka “jalan-jalan”, bukan dalam rangka kerja yang segala sesuatunya terjadwal.
Di Jepang, misal kita memiliki 8 hari dalam Itinerary dengan landing Narita dan balik pulang dari Kanzai Airport. Gunakan jadwal 3 hari pertama dengan Tokyo Wide Pass seharga 10.000 Yen menjelajah Kawaguchiko, Gala Yuzawa dan Tokyo City, sudah dapat free kereta NEX dari Narita ke Tokyo.
Malam terakhir naik bus ke Osaka dengan harga 4000 Yen sleeper bus, bisa hemat tanpa harus beli JR Pass yang mahal ampun itu.
Hari ke 4 dan 5 beli Osaka Amazing Pass keliling kota Osaka gratis tanpa bayar lagi tiket tempat wisata hanya dengan 3.300 Yen.
Hari ke 6, 7 dan 8 keliling Kyoto dengan Kanzai Thru Pass seharga 5.300 Yen sudah bisa keliling Kyoto tiga hari dengan free tiket wisata, juga free Kereta Airport menuju Kanzai Airport.
Dengan itinerary ini anda hanya akan mengeluarkan uang sekitar 22.000 Yen (sekitar 2,6 juta) dan urusan transportasi + tiket wisata selama di Jepang beres! Anda telah menghemat banyak, dan memantik anggapan bahwa Jepang adalah destinasi mahal! Itinerary menjadi strategi namun bukan patokan pasti.
BARANG BAWAAN
Rumus terpastinya adalah, anda type traveler yang bagaimana? Suka yang simple atau glamor?
Saya adalah type simple menuju ke tahap gelandangan. Saya hanya membawa satu tas backpack 35 L dan satu tas lipat, hidup saya selama 14 hari ada dalam ruang seterbatas itu. Bagaimana mensiasatinya?
Saya selalu membawa celana dalam “sekali pakai dan buang”, banyak dibeli di Indomart/Alfamart. Sepatu dua biji satu tebal dan satu tipis untuk Korea dan Jepang, hanya sandal jepit jika ke Vietnam atau Thailand. Saya memilih hostel yang ada fasilitas “cuci sendiri”, sehingga baju saya sedikit dan selalu dicuci di hostel. Saya membeli HP yang mahal dengan kualitas foto yang bagus, ketimbang saya harus beli dan bawa-bawa kamera yang berat. Saya bukan type baik hati yang suka beli oleh-oleh untuk siapapun saat traveling ke luar negeri!
Jadi, saya tidak pernah berfikir dua kali dengan tiket pesawat low cost dengan bagasi hanya 7 kg, di satu sisi saya memang tak membawa barang bawaan disisi lain saya mudah mendapat tiket murah.
Di Korea, saya menginap di Jimjilbang tiap malam, mandi air hangat dan tidur hanya dengan bayar 13.000 Won, sangat murah dibanding harga hotel paling murah yang tak pernah ada di bawah harga 35.000 Won.
Backpack saya selalu menginap di self storage dengan harga yang murah dan kemana-mana saya hanya membawa tas lipat berisi dompet, HP dan 3pod. Korea, Bangkok dan Jepang banyak sekali Self Storage tersebar di setiap stasiun. Terakhir di Jepang harga box paling kecil adalah 300 Yen (38 ribu)/24 jam, sangat murah untuk investasi punggung dan menyimpan tas backpack saya.
Dengan begini urusan barang bawaan tak pernah menjadi masalah.
PENGINAPAN
Saya harus berterimakasih pada setiap aplikasi pemesanan hotel yang “bayar di tempat”. Saat mengusulkan Visa, saya tidak pernah bisa bilang kalau nanti di Korea saya menginap di Jimjilbang bukan? Jadi saya harus membooking “hotel bodong”, yang nantinya belum tentu saya eksekusi hotelnya.
Jadi, saya membooking beberapa hotel “per hari” untuk 14 hari, toh belum tentu nanti benar-benar kita tempati dan kita bayar kan?
At least, jika nantinya kita tidak dapat tempat, apes-apesnya kita tetap bisa eksekusi hotel tersebut. Dan urusan pengajuan visa yang mensyaratkan bookingan hotel tidak jadi kendala.
Booking hotel yang dekat dengan MRT/MTR/BTS, mempermudah akses kita. Atau, jika bener-bener ingin gratis dan membangun pertemanan, anda bisa menggunakan aplikasi Couchsurfing untuk dapat tumpangan menginap gratis di negeri orang, dengan kenyataan anda harus menjaga adab di rumah orang.
Solotravel, memang selalu jadi momok menakutkan. Sebelum anda memulainya sudah pasti anda takut menjalaninya, sekali saja anda memulainya hidup tak akan tenang karena racun candunya!
Orang bijak bilang, tak perlu kaya untuk bertamasya dan tidak harus menjadi miskin karena kebanyakan bertamasya pula.
Jangan menunggu memulai travel karena tabungan belum cukup, saya bilang “jangan” karena sudah pasti anda tidak akan kunjung memulai berangkat. Kenalilah Solo Traveling dan bersahabatlah, anda pasti berangkat!
Tak harus kaya dan tak harus menjadi miskin mendadak! Segalanya tergantung dari bagaimana anda memutar otak, dan menakhlukannya!
Salam Solo Traveler!
Sabtu, 15 April 2017
Sabtu, 18 Maret 2017
Bukit Babi (Hill Pig) Kapuas Hulu
DISINI KAMI MERINTIS SEBUAH BUKIT YANG TINGGI (BUKIT BABI) DENGAN
PENDAKIAN SELAMA 2 JAM YANG TERLETAK DI KAWASAN DANAU SENTARUM
Selasa, 07 Februari 2017
Mengenal Arti Tato Suku Dayak Kalimantan
- Penanda bahwa pemilik tato adalah keturunan asli suku dayak.
- Menjaga pemilik tato dari pengaruh roh-roh jahat.
- Sebagai penanda bahwa pemiliknya telah lulus Kinyah (seni bela diri menggunakan Mandau).
- Sebagai penghargaan atas jasa karena sering menolong atau mengobati.
- Sebagai perhargaan atas keberanian di medan pertempuran (pemenggal kepala).
- Sebagai tanda bahwa pemilik tato telah merantau ke berbagai suku.
- Bagi wanita sebagai tanda bahwa wanita tersebut sudah siap menikah.
- Sebagai penanda perbedaan status sosial.
- dan fungsi-fungsi yang lain.
- Sale Damar (arang damar) hanya menggunakan damar mata kucing dan damar batu.
- Upih Pinang
- Seruas bambu buluh
- Bambu yang dibelah dua
- Besi gepeng sebesar telunjuk
- Kayu ulin sebesar telunjuk